Melayu itu orang yang bijaksana... Nakalnya bersulam jenaka
Budi bahasanya tidak terkira... Kurang ajarnya tetap santun
Jika menipu pun masih bersopan... Bila mengampu bijak beralas tangan
Melayu itu berani jika bersalah... Kecut takut kerana benar
Janji simpan di perut... Selalu pecah di mulut
Biar mati adat... Jangan mati anak... Dalam sejarahnya
Melayu itu pengembara lautan... Melorongkan jalur sejarah zaman
Begitu luas daerah sempadan... Sayangnya kini segala kehilangan
Melayu itu kaya falsafahnya... Kias kata bidal pusaka
Akar budi bersulamkan daya... Gedung akal laut bicara
Malangnya Melayu itu kuat bersorak... Terlalu ghairah pesta temasya
Sedangkan kampung telah tergadai... Sawah sejalur tinggal sejengkal
Tanah sebidang mudah terjual... Meski telah memiliki telaga
Tangan masih memegang tali... Sedang orang mencapai timba
Berbuahlah pisang tiga kali
Melayu itu masih bermimpi... Walaupun sudah mengenal universiti
Masih berdagang di rumah sendiri
Berkelahi cara Melayu... Menikam dengan pantun
Menyanggah dengan senyum... Marahnya dengan diam
Merendah bukan menyembah... Meninggi bukan melonjak
Watak Melayu menolak permusuhan... Setia dan sabar tiada sempadan
Tapi jika marah tak nampak telinga... Musuh dicari ke lubang cacing
Tak dapat tanduk telinga dijinjing
Maruah dan agama dihina jangan... Hebat amuknya tak kenal lawan
Berdamai cara Melayu indah sekali... Silaturrahim hati yang murni
Maaf diungkap senantiasa bersahut.... Tangan diulur sentiasa bersambut
Luka pun tidak lagi berparut
Baiknya hati Melayu itu tak terbandingkan... Selaga yang ada sanggup diberikan
Sehingga tercipta sebuah kiasan:... “Dagang lalu nasi ditanakkan
Suami pulang lapar tak makan... Kera di hutan disusu-susukan
Anak di pangkuan mati kebuluran”
Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu... Masihkan tunduk tersipu-sipu ?
Jangan takut melanggar pantang... Jika pantang menghalang kemajuan;
Jangan segan menentang larangan... Jika yakin kepada kebenaran;
Jangan malu mengucapkan keyakinan... Jika percaya kepada keadilan
Jadilah bangsa yang bijaksana... Memegang tali memegang timba
Memiliki ekonomi mencipta budaya... Menjadi tuan di negara Merdeka!
Budi bahasanya tidak terkira... Kurang ajarnya tetap santun
Jika menipu pun masih bersopan... Bila mengampu bijak beralas tangan
Melayu itu berani jika bersalah... Kecut takut kerana benar
Janji simpan di perut... Selalu pecah di mulut
Biar mati adat... Jangan mati anak... Dalam sejarahnya
Melayu itu pengembara lautan... Melorongkan jalur sejarah zaman
Begitu luas daerah sempadan... Sayangnya kini segala kehilangan
Melayu itu kaya falsafahnya... Kias kata bidal pusaka
Akar budi bersulamkan daya... Gedung akal laut bicara
Malangnya Melayu itu kuat bersorak... Terlalu ghairah pesta temasya
Sedangkan kampung telah tergadai... Sawah sejalur tinggal sejengkal
Tanah sebidang mudah terjual... Meski telah memiliki telaga
Tangan masih memegang tali... Sedang orang mencapai timba
Berbuahlah pisang tiga kali
Melayu itu masih bermimpi... Walaupun sudah mengenal universiti
Masih berdagang di rumah sendiri
Berkelahi cara Melayu... Menikam dengan pantun
Menyanggah dengan senyum... Marahnya dengan diam
Merendah bukan menyembah... Meninggi bukan melonjak
Watak Melayu menolak permusuhan... Setia dan sabar tiada sempadan
Tapi jika marah tak nampak telinga... Musuh dicari ke lubang cacing
Tak dapat tanduk telinga dijinjing
Maruah dan agama dihina jangan... Hebat amuknya tak kenal lawan
Berdamai cara Melayu indah sekali... Silaturrahim hati yang murni
Maaf diungkap senantiasa bersahut.... Tangan diulur sentiasa bersambut
Luka pun tidak lagi berparut
Baiknya hati Melayu itu tak terbandingkan... Selaga yang ada sanggup diberikan
Sehingga tercipta sebuah kiasan:... “Dagang lalu nasi ditanakkan
Suami pulang lapar tak makan... Kera di hutan disusu-susukan
Anak di pangkuan mati kebuluran”
Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu... Masihkan tunduk tersipu-sipu ?
Jangan takut melanggar pantang... Jika pantang menghalang kemajuan;
Jangan segan menentang larangan... Jika yakin kepada kebenaran;
Jangan malu mengucapkan keyakinan... Jika percaya kepada keadilan
Jadilah bangsa yang bijaksana... Memegang tali memegang timba
Memiliki ekonomi mencipta budaya... Menjadi tuan di negara Merdeka!
- sajak oleh Usman Awang