Fikir...

NuffnangX

Wednesday, July 25, 2012

Laman Facebook tegar yang MENGHINA ROSULULLAH dan agama ISLAM



"WALAU DI BULAN RAMADHAN YANG MULIA INI, MUSUH ISLAM TIDAK PERNAH SESEKALI BERHENTI DARI MENGHINA NABI KITA DAN ISLAM AGAMA SUCI INI..."

Sahabat2 kaum muslimin dan muslimat sekalian.

Marilah kita ramai melapor (Report page ini.. bukan suruh Unlike semata2...)

Page ini menghina Junjungan Besar kita Nabi Muhammad SAW dan agama Islam dengan gambaran buruk.

Mohon sahabat2 jangan post atau tulis apa2 di wall tersebut kerana admin page itu nanti dia akan amik gambar korang dan post kat page dia.

TOLONG REPORT LINK PAGE ITU seperti alamat di bawah ini :

https://www.facebook.com/pages/Muhammad-Speaks/198902856795660

Semoga jihad kecil ini diterima ALLAH....

Amin...




Thursday, July 19, 2012

Sama tapi tak serupa?



Pelik benar rasanya apabila ada sahabat memberitahu rupa sya seiras wajah Sheikh Nuruddin Al-Banjari Al-Makki, apabila saya memosting pesanan Sheikh Nuruddin bertajuk "Indah ilmu kerana AKHLAK sang penuntut ilmu..". Ini adalah pesanan beliau kepada para penuntut ilmu dan anak2 muridnya....





Antara nasihat Syeikh Nuruddin Al-Banjari kepada penuntut ilmu :

1. Jangan terpesona dengan gelaran PhD atau MA dan sebagainya. Menuntut ilmu untuk menolong agama Allah, bukan untuk sijil, syahadah atau untuk dunia serta pangkat.

2.Terlalu murah nilaian ilmu jika digunakan hanya untuk gaji yang lumayan. Kalau belajar hanya untuk duit akan terhenti dengan duit, dapat duit ilmu ditinggal.

3.Bekerjalah untuk Islam, jangan biarkan musuh Islam menguasai tanah umat Islam disebabkan ulama kita tidur sedang kita asyik bertengkar sesama sendiri.

4.Jadilah 'abidan lillah (hamba kepada Allah jangan 'abidan li makhluk (hamba kepada makhluk). Tututlah ilmu dengan niat yang ikhlas pasti akan membawa kepada keberkatan hidup.

5.Berakhlaklah dengan guru yang mengajarkan ilmu kepada kita. Mohonlah restu guru, dekati dan dampingilah mereka kerana ia merupakan kunci dan rahsia kejayaan seorang pelajar.

6.Hormatilah kitab-kitab, susun dengan baik dan terhormat, jangan letak sesuatu di atas kitab, membawa kitab jangan seperti memegang ikan sahaja, dakapkanlah kitab ke dada.

7.Akhlak pelajar juga mestilah besar sebagaimana besarnya kitab-kitab yang dipelajari, berilmu dan beramallah, jangan sampai minat belajar di kelas Tafaqquh tapi tak berminat untuk beramal dengan ilmu dan menyampaikanya.




TETAPI SECARA KEBETULANNYA....

Ada seorang sahabat menegur dan mengatakan wajah saya seiras dengan beliau dan saya sememangnya pun berdarah Banjar dari jurai sebelah ayah... Kulaan Nihiring....



Dan apabila dibuat perbandingan, inilah hasilnya...

Apa pandangan sahabat2...???

Adakah kami dari jurai leluhur yang sama???

Keluarga asal adalah dari daerah Pelajau Ilir, Hulu Sungai Tengah, Banjarmasin... dan disitu jugalah tempat Datu Palampayan atau nama sebenar beliau Sheikh Muhammad Arsyad AlBanjari iaitu ulama' tersohor nusantara dan berdarah susur galur sehingga ke Saidina Ali Radiallah Hu anhu.....



Mungkin, siapa tahu?

Cuba lihat gambar di bawah.....








Ada perbezaan atau persamaan tak?





Tuesday, July 17, 2012

Seni Rupa Rumah Adat Masyarakat Banjar di Banjarmasin


Rumah adat Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah Rumah Bubungan Tinggi yang merupakan tempat kediaman raja (keraton). Jenis rumah yang ditinggali oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukannya dalam masyarakat. Jenis-jenis rumah Banjar:

1. Rumah Bubungan Tinggi, kediaman raja
2. Rumah Gajah Baliku, kediaman saudara dekat raja
3. Rumah Gajah Manyusu, kediaman "pagustian" (bangsawan)
4. Rumah Balai Laki, kediaman menteri dan punggawa
5. Rumah Balai Bini, kediaman wanita keluarga raja dan inang pengasuh
6. Rumah Palimbangan, kediaman alim ulama dan saudagar
7. Rumah Palimasan (Rumah Gajah), penyimpanan barang-barang berharga (bendahara)
8. Rumah Cacak Burung (Rumah Anjung Surung), kediaman rakyat biasa
9. Rumah Tadah Alas
10. Rumah Lanting, rumah diatas air
11. Rumah Joglo Gudang
12. Rumah Bangun Gudang






1. RUMAH BUBUNGAN TINGGI 
(Istana Raja)

Rumah Bubungan Tinggi Anjungan Kalsel TMII Jakarta



Rumah Bubungan Tinggi di DesaTelok Selong



Ruang Anjung bagian belakang dengan atap jurai disebut Anjung Jurai terdapat di Desa Telok Selong


Rumah Bubungan Tinggi adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan.
Ciri-cirinya :
1. Atap Sindang Langit tanpa plafon
2. Tangga Naik selalu ganjil
3. Pamedangan diberi Lapangan kelilingnya dengan Kandang Rasi berukir

Pembinaan 
Pembinaan rumah adat Banjar atau rumah ba-anjung dibuat dengan bahan kayu. Faktor alam Kalimantan yang penuh dengan hutan rimba telah memberikan bahan pembinaan yang melimpah kepada mereka, iaitu kayu. Sesuai dengan bentuk serta binaan bangunan rumah adat Banjar tersebut maka hanya kayulah yang merupakan bahan yang tepat dan sesuai dengan konstruksi bangunannya.

Bahagian Pembinaan Asas Rumah Bubungan Tinggi 
Asas pembinaan dari rumah adat Banjar dapat dibahagikan kepada beberapa bahagian iaitu :
1. Tubuh bangunan yang memanjang lurus ke depan, merupakan bangunan induk.
2. Bangunan yang menempel di kiri dan kanan disebut anjung.
3. Bubungan atap yang tinggi melancip disebut Bubungan Tinggi.
4. Bubungan atap yang memanjang ke depan disebut atap Sindang Langit
5. Bubungan atap yang memanjang ke belakang disebut atap Hambin Awan.
6. Tubuh bangunan induk yang memanjang terus ke depan dibagi atas ruangan-ruangan yang berjenjang lantainya.

Ruangan
Ruangan-ruangan yang berjenjang lantainya ialah :
1. Palatar (pendopo atau teras), ruangan depan yang merupakan ruangan rumah yang pertama setelah menaiki tangga masuk. Ukuran luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter. Palatar disebut juga Pamedangan.
2. Panampik Kacil, yaitu ruangan yang agak kecil setelah masuk melalui Lawang Hadapan yaitu pintu depan. Permukaan lantainya lebih tinggi daripada lantai palatar. Ambang lantai disini disebut Watun Sambutan. Luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.
3. Panampik Tangah yaitu ruangan yang lebih luas dari panampik kacil. Lantainya juga lebih tinggi dari ruang sebelumnya. Ambang lantai ini disebut Watun Jajakan.
4. Panampik Basar atau Ambin Sayup, yaitu ruangan yang menghadapi dinding tengah (Banjar: Tawing Halat). Permukaan lantainya lebih tinggi pula dari lantai sebelumnya. Ambang Lantainya disebut WatunJajakan, sama dengan ambang lantai pada Panampik Tangah. Luas ruangan 7 x 5 meter.
5. Palidangan atau Ambin Dalam, yaitu ruang bagian dalam rumah yang berbatas dengan panampik basar. Lantai palidangan sama tinggi dengan lantai panampik basar (tapi ada juga beberapa rumah yang membuat lantai panampik basar lebih rendah dari lantai palidangan). 
Karena dasar kedua pintu yang ada di tawing halat tidak sampai ke dasar lantai maka watun di sini disebut Watun Langkahan. Luas ruang ini 7 x 7 meter. Di dalam ruangan Palidangan ini terdapat tiang-tiang besar yang menyangga bubungan tinggi (jumlahnya 8 batang). Tiang-tiang ini disebut Tihang Pitugur atau Tihang Guru.
Panampik Dalam atau Panampik Bawah, yaitu ruangan dalam yang cukup luas dengan permukaan lantai lebih rendah daripada lantai palidangan dan sama tingginya dengan permukaan lantai panampik tangah. Ambang lantai ini disebut pula dengan Watun Jajakan. Luas ruang 7 x 5 meter.
Padapuran atau Padu, yaitu ruangan terakhir bagian belakang bangunan. Permukaan lantainya lebih rendah pula dari panampik bawah. Ambang lantainya disebut Watun Juntaian. Kadang-kadang Watun Juntaian itu cukup tinggi sehingga sering di tempat itu diberi tangga untuk keperluan turun naik. Ruangan padapuran ini dibagi atas bagian atangan (tempat memasak) dan salaian (tempat mengeringkan kayu api), pajijiban dan pagaduran (tempat mencuci piring atau pakaian). Luas ruangan ini adalah 7 x 3 meter.


Hiasan samping atas ruang Palataratau Pamedangan pada Rumah Bubungan Tinggi di Desa Telok Selong.



Tampak Belakang Rumah Adat Banjar



Ukuran
Tampak Belakang Rumah Adat Banjar
Tentang ukuran tinggi, lebar dan panjang setiap rumah adat Banjar pada umumnya relatif berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh karena ukuran pada waktu itu didasarkan atas ukuran depa atau jengkal.
Ukuran depa atau jengkal tersebut justru diambil dari tangan pemilik rumah sendiri; sehingga setiap rumah mempunyai ukuran yang berbeda.
Ada kepercayaan di sana yang mengatakan bahwa setiap ukuran haruslah dengan hitungan yang ganjil bilangan ganjil.
Penjumlahan ganjil tersebut tidak saja terlihat di dalam hal ukuran panjang dan lebar, tapi juga sampai dengan jumlah hiasan tangga, anak tangga, layang-layang puncak dan lain-lain.
Jikalau diukur, maka panjang bangunan induk rumah adat Banjar pada umumnya adalah 31 meter sedang lebar bangunan induk adalah 7 meter dan lebar anjung masing-masing 5 meter.
Lantai dari permukaan tanah sekitar 2 meter yaitu kolong di bawah anjung dan palidangan; sedangkan jarak lantai terendah rata-rata 1 meter, yaitu kolong lantai ruang palatar.

Tata ruang dan kelengkapan
Pintu belakang dari Rumah Banjar
Tata ruang rumah tradisional Bubungan Tinggi membedakan adanya tiga jenis ruang yaitu ruang terbuka, setengah terbuka dan ruang dalam.
Ruang terbuka terdiri dari pelataran atau serambi, yang dibagi lagi menjadi surambi muka dan surambi sambutan.
Ruang setengah terbuka diberi pagar rasi disebut Lapangan Pamedangan.
Sedangkan ruang dalam dibagi menjadi Pacira dan Panurunan (Panampik Kacil), Paluaran (Panampik Basar), Paledangan (Panampik Panangah) yang terdiri dari Palidangan Dalam, Anjung Kanan dan Anjung Kiwa, serta Panampik Padu (dapur).
Secara ringkas berikut ini akan diuraikan situasi ruang dan kelengkapannya;
Surambi
Di depan surambi muka biasanya terdapat lumpangan tempat air untuk membasuh kaki. Pada surambi muka juga terdapat tempat air lainnya untuk pembasuhan pambilasan biasanya berupa guci.
Pamedangan
Ruangan ini lantainya lebih tinggi, dikelilingi pagar rasi. Biasanya pada ruang ini terdapat sepasang kursi panjang.
Pacira dan Panurunan (Panampik Kacil)
Setelah masuk Pacira akan didapatkan tanggui basar dan tanggui kacil di arah sebelah kiri, sedangkan arah sebelah kanan terdapat pengayuh, dayung, pananjak dan tombak duha. Di sayap kanan ruangan terdapat gayung, sandal dan terompah tergantung di Balabat Panurunan. Sebagai perlengkapan penerangan dalam ruangan ini terdapat dua buah lampu gantung.
Paluaran (Panampik Basar)
Ruangan ini cukup besar digunakan untuk berbagai kegiatan keluarga dan kemasyarakatan apabila masih kekurangan ruang Tawing Halat yang memisahkan dengan Palidangan dapat dibuka. Di bagian tengah di depan Tawing Halat ini terletak bufet. Di atasnya agak menyamping ke kiri dan ke kanan terdapat gantungan tanduk rusa. Di tengah ruangan terdapat dua buah lampu gantung. Lantainya diberi lampit dan kelengkapan bergerak seperti paludahan, kapit dan gelas, parapen, rehal.
Palidangan (Panampik Panangah)
Ruangan ini terdiri dari Paledangan Dalam dan Anjung Kiwa - Anjung Kanan. Fungsi ruang sama dengan Paluaran, namun biasanya diperuntukkan bagi kaum wanita. Di sini terdapat kelengkapan lemari besar, lemari buta, kanap, kendi. Lantainya diberi hambal sebagai alas duduk.
Anjung Kanan - Anjung Kiwa
Ruang Anjung Kanan merupakan ruang istirahat yang dilengkapi pula dengan alat rias dan perlengkapan ibadah. Sedangkan Anjung Kiwa merupakan tempat melahirkan dan tempat merawat jenazah. Di sini juga di beri perlengkapan seperti lemari, ranjang, meja dan lain-lain.
Padu (dapur)
Di samping untuk tempat perlengkapan masak dan kegiatannya, ruang padu ini juga digunakan untuk menyimpan bahan makanan. Perlengkapan umum yang terdapat di dalamnya adalah dapur, rak dapur, pambanyuan, lemari, tajau, lampit dan ayunan anak.
Bentuk arsitektur dan pembagian ruang rumah tradisional Bubungan Tinggi mempunyai kesamaan prinsip antara satu dengan lainnya, dengan perbedaan-perbedaan kecil yang tidak berarti.
Dari sini dapat dilihat bahwa rumah tradisional Bubungan Tinggi tersebut mempunyai keterikatan dengan nilai tradisional masyarakatnya.
Jadi meskipun pada awalnya bentuk tersebut dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan fungsi dan adaptasi terhadap lingkungan, tetapi karena sifatnya yang berulang-ulang kemudian dari bentuk fungsi tersebut berubah menjadi bentuk yang tradisional.

Rujukan :


2. RUMAH BALIKU 
(kediaman saudara terdekat raja)


Gajah Baliku yang dibangun di atas kontur lahan basah/persawahan.

Rumah Gajah Baliku adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Rumah Gajah Baliku mimiliki kemiripan dengan Rumah Bubungan Tinggi, tetapi ada sedikit perbedaan yaitu pada Ruang Paluaran (ruang tamu) pada Rumah Bubungan Tinggi keadaan lantainya berjenjang sedangkan pada Rumah Gajah Baliku keadaan lantai ruang Paluaran tidak berjenjang. Hal tersebut karena Rumah Bubungan Tinggi untuk bangunan keraton/ndalem Sultan yang memiliki tata nilai ruang yang bersifat hierarkis.


Kandang Rasi pada Rumah Gajah Baliku di Desa Telok Selong.

Pada Rumah Gajah Baliku, atap ruang Paluaran/Ruang Tamu tidak memakai atap sengkuap (= Atap Sindang Langit) kecauali emper teras paling depan dan memakai kuda-kuda dengan atap perisai (= Atap Gajah) dengan keadaan lantai ruangan datar saja sehingga menghasilkan bentuk bangun ruang yang dinamakan Ambin Sayup. Sedangkan pada kedua anjung sama-sama memakai atap Pisang Sasikat (atap sengkuap).


 Menurut Tim Muskala Depdikbud Kalsel yang pernah mengadakan penelitian rumah Gajah Baliku menyatakan bahwa :
Atap jurai, hidung bapicik bentuk muka (maksudnya atap perisai)
Ambin terbuka kiri/kanan anjung
Atap bubungan tinggi
Atap sindang langit tidak ada kecuali pada kedua anjung
Panampik Kacil tidak ada, yang ada hanya Panampik Basar
Dalam literatur lainnya Tim Muskala Depdikbud Kalsel menyatakan bahwa : Bagian-bagiannya sama dengan rumah Bubungan Tinggi. Yang berbeda adalah atap yaitu
Atap bubungan tingginya sama
Atap kedua anjung, atap sindang langit (maksudnya atap sengkuap)
Atap panampik kacil diganti dengan atap jurai dengan muka hidung bapicik (maksudnya atap perisai)
Atap Panampik Padu beratap jurai.
[sunting]Ruang

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang
Surambi Sambutan
Palatar/Pamedangan
Ambin Sayup/Paluaran
Palidangan/Panampik Panangah diapit oleh Anjung Kanan dan Anjung Kiwa
Padapuran/Padu
[sunting]Rujukan

Rumah Adat Banjar Gajah Baliku di Banjarmasin (Antasan Kecil), Depdikbud Kanwil Kalsel, Bidang Muskala 1988.
Azan, Seminar Tata Ruang dan Karakteristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Juni 1994.



Gajah Baliku yang modern merupakan Kediaman Resmi Wagub Kalsel.




.3.  RUMAH GAJAH MENYUSU 
(kediaman "pagustian" atau bangsawan)



Gajah Manyusu adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Pada rumah induk memakai atap perisai buntung dengan tambahan atap sengkuap (Sindang Langit) pada emper depan, sedangkan anjungnya memakai atap sengkuap (Pisang Sasikat) atau dapat pula menggunakan atap perisai. Nammun menurut Tim Muskala (Museum dan Purbakala) Depdikbud Kalsel, menyebutkan bahwa Rumah Gajah Manyusu : " Bentuk sampai dengan anjung sama dengan Gajah Baliku. Yang berbeda adalah adalah bagian padu. Panampik padu diberi dua buah Ambin Sayup yang bentuknya lebih kecil dari anjung dan lebih rendah letaknya".

Ciri-cirinya :
Tubuh bangunan induk memakai atap perisai buntung (bahasa Banjar : atap gajah hidung bapicik) yang menutupi serambi yang disebut pamedangan.
Pada teras terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit. Empat pilar penyangga emper depan (karbil) pada teras dapat diganti model konsol.
Pada Tawing Hadapan terdapat tangga naik yang disebut Tangga Hadapan dengan posisi lurus ke depan.
Terdapat Serambi yang disebut Pamedangan yang menggunakan pagar susur yang disebut Kandang Rasi. Serambi dapat dibuat berukuran kecil saja pada salah satu sudut.
Sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi.
Pada tipe lainnya sayap bangunan yang disebut anjung menggunakan model Anjung Surung seperti pada rumah Cacak Burung.

Ruang
Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang
Ruang terbuka/teras rumah yang disebut Surambi Sambutan
Ruang setengah terbuka/serambi atas yang disebut Pamedangan
Ruang Tamu yang disebut Ambin Sayup
Ruang Dalam yang disebut Palidangan diapit oleh Anjung terdiri dari Anjung Kanan dan Anjung Kiwa
Pantry yang disebut Padapuran atau Padu
[sunting]Keterangan

"Rumah ini mempunyai ciri pada bentuk atap limas dengan hidung bapicik (atap mansart) pada bagian depannya. Anjung mempunyai atap Pisang Sasikat, sedang surambinya beratap Sindang Langit" 

(Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978).


Rujukan
Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978.
Azan, Seminar Tata Ruang dan Karakteristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Juni 1994.
[sunting]Pranala luar
Peninggalan Tua Arsitektur Banjar yang mulai Punah (Type Gajah Manyusu)








4. Rumah Balai Laki
(kediaman Menteri dan Punggawa)






Balai Laki adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Bentuk atap Balai Laki memakai atap pelana pada rumah induk, sedangkan pada Anjung memakai atap sengkuap yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi.
Ciri-cirinya :
Memakai tebar layar yang disebut Tawing Layar
Tubuh bangunan induk memakai atap pelana (bahasa Banjar : atap balai laki) yang menutupi serambi pamedangan.
Pada teras (Surambi Sambutan terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit. Kadang-kadang pilar ini diganti dengan konsol.
Pada dinding sisi depan yang disebut Tawing Hadapan terdapat 1 pintu masuk yang disebut Lawang Hadapan.
Kadang-kadang pada dinding depan juga terdapat jendela depan (lalungkang hadapan) di sebelah kanan dan kiri pintu masuk.
Pintu dinding tengah (lawang tawing halat) berjumlah 2 buah.
Serambi yang disebut pamedangan menggunakan pagar susur yang disebut Kandang Rasi.
Sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/lessenaardak yang disebut atap Pisang Sasikat seperti pada rumah Bubungan Tinggi.
Kadang-kadang memakai bentuk lengkung (gerbang) pada serambi/Pamedangan).
Kadang-kadang terdapat 3 (tiga) buah pintu masuk (lawang hadapan) karena 2 (dua) buah jendela depan diganti menjadi pintu juga.
Kadang-kadang pada teras/Surambi Sambutan juga menggunakan pagar Kandang Rasi.


Ruang

Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang
Palatar Sambutan
Pamedangan
Ambin Sayup
Palidangan diapit oleh Anjung yaitu Anjung Kanan dan Anjung Kiwa
Padapuran/Padu
[sunting]Keterangan

Menurut literatur Tim Depdikbud menyatakan bahwa Balai Laki : "Dalam bentuk umum sama dengan Palimbangan, tapi dengan ukuran lebih kecil. Atap jurai dengan dahi tajam (maksudnya atap pelana) dan diberi sungkul bertatah bisa memakai anjung di belakang sebelah kiri atau tidak".
Dalam literatur lainnya Tim Depdikbud menyatakan bahwa salah Balai Laki yang pernah ditelitinya dengan ciri-ciri: "atap jurai dengan hiasan satu sungkul puncak, anjung sebuah di sebelah kiri atau tidak ada, pintu tawing halat dua buah".
[sunting]Balai Laki vs Palimbangan

Rumah Balai Laki mirip rumah Palimbangan karena sama-sama memakai atap pelana pada bagian depannya tetapi Rumah Balai Laki berukuran lebih kecil daripada rumah Palimbangan. Pada suatu keluarga petani, kadang-kadang rumah Balai Laki tidak memiliki anjung tetapi jelas bukan rumah Palimbangan karena ukurannya yang kecil tersebut, yang biasanya hanya terdiri dari serambi pamedangan, ruang Ambin Sayup, ruang Ambin Dalam (Palidangan) dan ruang Padu. Pada rumah Palimbangan lebih megah dari rumah Balai Laki karena merupakan rumah golongan saudagar besar.
[sunting]Rujukan

Tim Depdikbud Kalsel, Rumah Adat Banjar Balai Laki (Kampung Arab Banjarmasin), Depdikbud Kanwil Kalsel, Bidang Muskala, 1988.





5. Rumah Balai Bini
(kediaman wanita keluarga raja dan inang pengasuh)

Balai Bini adalah salah satu rumah tradisional suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Tubuh bangunan induk memakai atap perisai (bahasa Banjar: atap gajah), sedangkan sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/lessenaardak (Bahasa Banjar: atap pisang sasikat).
ipe

Rumah Balai Bini dengan anjung yang memakai atap sengkuap di Kelurahan Benua Anyar, Banjarmasin Timur



Rumah Balai Bini dengan 4 pilar 4 pada teras (Tipe 1)


[sunting]Tipe 1 (Syamsiar Seman)
Menurut Tim Muskala Depdikbud Kalsel yang pernah mengadakan penelitian Balai Bini menyatakan bahwa :
Atap merupakan atap jurai
Atap sindang langit di kedua anjung
Pamedangan disambung dengan atap pisang sasikat
Pamedangan ditutup dengan Kandang Rasi
Paluaran menggunakan tataban
Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang
Palatar Sambutan
Palatar Pamedangan
Ambin Sayup
Palidangan diapit oleh Anjung Kanan dan Anjung Kiwa
Padapuran (Padu)
Jadi dapat diambil kesimpulan ciri-cirinya :
Tubuh bangunan induk memakai atap perisai (bahasa Banjar : atap gajah) yang menutupi serambi pamedangan.
Pada Surambi Sambutan terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap sindang langit.
Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 Lawang Hadapan (pintu masuk), di antara pintu masuk terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.
Serambi pamedangan (teras) menggunakan pagar Kandang Rasi.
Sayap bangunan (anjung) memakai atap sengkuap/zaldedaak ( atap pisang sasikat) seperti pada rumah Bubungan Tinggi.
Kadang-kadang 4 (empat) buah pilar penyangga emper depan (karbil) diganti model konsol.
Bagian atas teras (serambi Pamedangan) kadang-kadang memakai bentuk lengkung (gerbang).
Kadang-kadang tedapat 3 (tiga) buah pintu masuk karena 2 (dua) buah jendela diganti menjadi pintu juga.
Kadang-kadang Surambi Sambutan (teras emper) juga menggunakan pagar Kandang Rasi.
[sunting]Tipe 2
Dari literatur diperoleh keterangan rumah adat Balai Bini beratap seperti joglo dengan tambahan atap sindang langit untuk atap surambinya (1).
Kalau diperhatikan ini Balai Bini Tipe 2 merupakan pengembangan Balai Bini Tipe 1 dimana terjadi perluasan dinding dari anjung ke arah depan sedangkan serambi pamedangan tambah melebar ke kiri dan kanan sehingga membentuk bangunan atap joglo/limas (bahasa Jawa : limasan lawakan).


Rumah Balai Bini dengan 6 pilar pada teras (Tipe 2)


Rumah Balai Bini Tipe 2 dengan variasi atap menyerupai atap joglo di Surgi Mufti.

Rumah Balai Bini Tipe 2 dengan variasi atap menyerupai atap joglo di Surgi Mufti.
Ciri-cirinya :
Atap bangunan memakai atap perisai/atap limas yang menyerupai joglo yang menutupi serambi pamedangan.
Terdapat 6 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap (atap sindang langit) pada serambi sambutan.
Pada dinding depan (Tawing Hadapan) terdapat 1 Lawang Hadapan (pintu masuk), di antara pintu masuk terdapat jendela sebelah kanan dan kiri.
Serambi pamedangan (teras) menggunakan pagar Kandang Rasi.
Perluasan dinding anjung ke arah depan serambi pamedangan sehingga membentuk bangunan dengan atap joglo/limas (bahasa Jawa : limasan lawakan).
Contoh Bangunan Balai Bini Tipe 2 yang modern adalah "Gedung Wanita" di Jl. Hasan Basry, kawasan Kayutangi, Banjarmasin.


Rumah Balai Bini tempo dulu
[sunting]Rujukan


Rumah Balai Bini tempo dulu

Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978.
Azan, Seminar Tata Ruang dan Karakteristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Juni 1994.





6. Rumah Palimbangan
(kediaman alim ulama dan saudagar)








Palimbangan adalah salah satu rumah tradisonal suku Banjar (rumah Banjar) di Kalimantan Selatan. Bumbungan atap rumah Palimbangan pada rumah induk memakai atap pelana dengan tebar layar yang disebut Tawing Layar. Jika memakai anjung maka atapnya juga menggunakan atap pelana dengan Tawing Layar. Pada teras/emper depan ditutup dengan atap sengkuap (atap lessenaardak) yang disebut atap Sindang Langit. Atap Sindang Langit ini menerus ke emper samping sampai di depan Anjung membentuk atap pelana yang sangat lebar.
Rumah Palimbangan diperuntukkan bagi golongan saudagar besar. Rumah Palimbangan berukuranlebih besar dari pada rumah Balai Laki yang juga beratap pelana.
[sunting]Palimbangan dengan anjung memakai Tawing Layar

Rumah Palimbangan ini mempunyai perbedaan dengan tipe lainnya antara lain pada bentuk atap dan ornamen ukiran yang dipakai. Ruang paluarannya beratap pelana dengan hiasan layang-layang di puncak gunungannya. Atap sindang langit untuk surambi juga diteruskan ke samping sehingga membentuk jurai (jurai luar). Atap ini bertemu atap sindang langit pada anjungnya. (1)
Contoh rumah Palimbangan memakai anjung beratap pelana adalah rumah Palimbangan milik Hj. Siti Hawa yang dibangun oleh kakeknya H. Seta terdapat di Kelurahan Pasayangan, Martapura, Banjar.
Ciri-cirinya :
Anjung memakai atap pelana dengan Tawing Layar yang menyambung dengan atap emper samping dan emper depan (Sindang Langit)
Tubuh bangunan induk memakai atap pelana/(bahasa Banjar : atap balai laki) yang menutupi serambi pamedangan.
Bentuk bangunan lebih besar dari rumah Balai Laki.
Pada Surambi Sambutan terdapat 6 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap sindang langit yang diteruskan ke emper samping kanan dan kiri dengan beberapa buah pilar tambahan.
Pada dinding sisi depan yang disebut Tawing Hadapan terdapat 1 pintu masuk yang disebut Lawang Hadapan.
Serambi pamedangan (teras) menggunakan pagar Kandang Rasi.
Tangga masuk lurus dari arah depan atau menyamping dari kiri kanan dengan jumlah trap ganjil.
Atap anjung diteruskan ke arah depan menyambung atap sindang langit (karbil).
Lawang (pintu) Tawing Halat (dinding tengah) berjumlah 2 buah.
Kadang-kadang ruang anjung diganti dengan "Ambin Sayup" yang beratap pelana dengan pintu masuk samping menjadi semacam pavilyun.
Ada kemiripan dengan rumah Jawa tipe "Kampung Dara Gepak"/rumah "Kampung Lawakan".
Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang
Teras yang disebut Palatar Sambutan
Serambi yang disebut Pamedangan
Ruang Tamu yang disebut Ambin Sayup/Paluaran
Ruang Dalam yang disebut Ambin Dalam/Palidangan dengan dua anjung kiri dan kanan.
Ruang Pantry yang disebut Padapuran/Padu
[sunting]Palimbangan Tanpa Anjung

Ciri-cirinya :
Memakai tebar layar yang dinamakan Tawing Layar.
Tubuh bangunan induk memakai atap pelana yang biasa disebut atap balai laki.
Bentuk bangunan lebih besar dari rumah Balai Laki.
Pada teras (Palatar Sambutan) terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit.
Pada dinding depan yang disebut Tawing Hadapan terdapat 1(satu), 2(dua) atau 3 (tiga) buah pintu masuk yang disebut Lawang Hadapan.
Serambi yang disebut pamedangan menggunakan pagar susur yang disebut Kandang Rasi.
Tangga masuk lurus dari arah depan dengan jumlah trap ganjil.
Tidak ada sayap bangunan (anjung).
Pintu dinding tengah (Lawang Tawing Halat) berjumlah 2 buah.
Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang
Teras yang disebut Palatar Sambutan
Serambi yang disebut Pamedangan
Ruang Tamu yang disebut Ambin Sayup/Paluaran
Ruang Dalam yang disebut Ambin Dalam/Palidangan
Ruang Pantry yang disebut Padapuran/Padu
[sunting]Rujukan

Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978.
Azan, Seminar Tata Ruang dan Karakteristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Jurusan Arsitektur Universitas Diponegoro, Juni 1994.